|
Kelahiran Yesus Kristus. |
Apa Anda menyadari akan kelahiran dan “kamar” Yesus yang tidak higienis. Ia lahir di sebuah kandang, tempat tinggal binatang dan tentunya juga tinggal dengan binatang. Maria merebahkan Yesus dalam palungan, yaitu tempat makanan bagi keledai dan binatang-binatang lain.
Alkitab dipenuhi dengan ayat-ayat “tidak higienis” seperti di bawah ini:
Lukas 2:7. dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.
Yohanes 9:6. Setelah Ia mengatakan semuanya itu, Ia meludah ke tanah, dan mengaduk ludah-Nya itu dengan tanah, lalu mengoleskannya pada mata orang buta tadi.
Markus 7:33. Dan sesudah Yesus memisahkan dia dari orang banyak, sehingga mereka sendirian, Ia memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu Ia meludah dan meraba lidah orang itu.
Markus 8:23. Yesus memegang tangan orang buta itu dan membawa dia ke luar kampung. Lalu Ia meludahi mata orang itu dan meletakkan tangan-Nya atasnya, dan bertanya: “Sudahkah kaulihat sesuatu?”
Lukas 11:38. Orang Farisi itu melihat hal itu dan ia heran, karena Yesus tidak mencuci tangan-Nya sebelum makan.
Yosua 7:6. Yosua pun mengoyakkan jubahnya dan sujudlah ia dengan mukanya sampai ke tanah di depan tabut TUHAN hingga petang, bersama dengan para tua-tua orang Israel, sambil menaburkan debu di atas kepalanya.
Naaman disuruh Nabi Elisa untuk mengobati dirinya dengan dengan menyelam 7 kali di sungai Yordan yang kotor – 2 Raja-raja 5:12. “Bukankah Abana dan Parpar, sungai-sungai Damsyik, lebih baik dari segala sungai di Israel? Bukankah aku dapat mandi di sana dan menjadi tahir?” Kemudian berpalinglah ia dan pergi dengan panas hati.
Orangtua pasti melindungi anaknya dari kuman, betul? Anda sebagai orangtua juga tidak ingin buah hati mudah sakit gara-gara kuman. Tapi tahukah Anda bahwa lingkungan atau peralatan yang terlalu bersih atau steril justru akan membuat anak Anda mudah sakit? Bahkan memberikan sabun antibiotik juga tidak baik buat mereka.
OK begini penjelasan ilmiahnya…
Jika seorang anak terpapar berbagai jenis bakteri dalam tahun-tahun pertama pertumbuhannya, risiko mereka terkena alergi di kemudian hari akan menurun. Begitulah kesimpulan peneliti dari University of Copenhagen, Denmark, yang menunjukkan faktor baru dalam beberapa penyakit gaya hidup modern.
Penyakit oversensitivitas, atau alergi, kini menjangkiti 25 persen populasi Denmark. Angka ini meningkat pesat dalam beberapa dasawarsa terakhir. Eksperimen para peneliti di Dansk BørneAstma Center (Copenhagen Prospective Studies on Asthma in Childhood/Copsac), University of Copenhagen, ada kemungkinan dapat menjelaskan kenaikan angka penderita alergi.
“Studi kami terhadap lebih dari 400 anak menunjukkan adanya kaitan langsung antara jumlah berbagai bakteri berbeda dalam rektum mereka dan risiko pengembangan penyakit alergi ketika mereka besar nanti,” kata Hans Bisgaard, konsultan di Gentofte Hospital, Kepala Studi Prospektif Asma pada Anak di Copenhagen dan dosen penyakit anak di Faculty of Health Sciences, University of Copenhagen.
Bisgaard mengatakan berkurangnya keanekaragaman biota mikro dalam usus selama masa balita diasosiasikan dengan kenaikan risiko penyakit alergi di usia sekolah. “Tapi, jika keanekaragamannya cukup tinggi, risikonya turun, dan semakin beragam variasinya, kian rendah risikonya,” ujarnya.
Dia mengatakan cara bayi dilahirkan juga harus diperhatikan. “Ada perbedaan jika bayi dilahirkan normal, yang terpapar bakteri untuk pertama kalinya dari rektum ibu, atau lewat operasi yang mengekspos bayi pada sedikit bakteri,” katanya. “Mungkin inilah alasan mengapa lebih banyak bayi yang lahir lewat operasi caesar mengidap alergi.”
Di dalam kandungan dan selama enam bulan pertamanya, bayi dilindungi oleh sistem kekebalan tubuh ibunya. Bakteri pada bayi kemudian dipengaruhi antibiotik yang diminum sang ibu dan segala jenis substansi buatan yang mempengaruhi ibunya.
Temuan ini menyimpulkan bahwa bakteri yang selama ini dianggap sebagai musuh ternyata merupakan bagian dari hidup sehat. “Memang ironis,” kata Bisgaard. “Saya pikir mekanisme yang mempengaruhi sistem imun akan mempengaruhi lebih dari sekadar alergi.”
Pandangan Medis Holistik Tentang Jangan Terlalu Bersih
Manusia jika tidak pernah terpapar kuman, tubuhnya akan jadi “cemen” dan mudah “sensi”. Sistem imun kita itu sama dengan kedewasaan jiwa kita: Jika kita tidak pernah mengalami masalah dalam hidup, kita akan jadi pribadi yang “cemen” dan mudah “sensi”.
Coba Anda renungkan juga, belajar dari sejarah & penciptaan, tanyakan ke diri sendiri: “Apakah Tuhan merancang manusia untuk harus hidup sangat bersih?” Jawabannya tentu tidak, karena jika betul seperti itu, pada jaman Adam dan Hawa atau jaman awalnya muncul peradaban, manusia harus punya sabun, punya shampo, punya obat antibiotik, punya sabun pembersih lantai, sabun cuci, dan hal-hal pembuat steril lainnya.
|
Anak kota vs anak pedalaman. |
Anda pelajari sejarah bahwa orang jaman dulu tidak banyak menderita alergi walaupun mereka tidak mengenal sanitasi modern seperti sekarang ini. Atau coba Anda lihat keluarga yang tinggal dilingkungan kumuh, berapa banyak anak-anak mereka yang menderita alergi? Kalau kita tengok anak-anak pedalaman, Anda bisa lihat bahwa mereka juga tidak mengenal sanitasi modern, tapi imun mereka lebih kuat daripada orang kota.
Jadi gimana? Anda sekarang sudah tahu bahwa apa yang sering diiklankan di TV itu banyak yang salah? Mulai diubah ya paradigmanya. Lain waktu akan saya share lagi penelitian ilmiah tentang hal serupa dengan masalah ini.
Dt Awan (Andreas Hermawan)